Rabu, 01 Juli 2020

Antara Ketaatan dan Keinginan

 ustadz Oemar
Sebuah ketaatan harganya menjadi melambung di sisi Alloh ketika ketaatan itu berbanding lurus dengan pengorbanan keinginan diri dan perasaan jiwa
.
Nilai tukarnya menjadi lebih mahal di hadapan Alloh karena sebanding dengan pengorbanan yang ditorehkan, sebagaimana difragmenkan nyata dibanyak kisah nyata
.
Seorang sahabat nabi membuat Alloh tersenyum ketika ia menjamu tamu, padahal tak punya makanan apapun kecuali untuk keluarganya, maka keluarga ditidurkan dalam kondisi lapar supaya ia bisa menjamu tamu tersebut, dan ia matikan lampu rumahnya supaya tamunya tak menyadari kalo pemilik rumah tak makan apapun, ia relakan keinginan untuk makan malam, maka Alloh pun tersenyum
.
Ibunda Khodijah merelakan rumahnya ramai setiap waktu, beliau merelakan zona nyamannya hilang karena hidmah beliau kepada Rasul, sang suami, maka Alloh pun menitipkan salam dan membangunkan rumah di syurga dan mensifatinya dengan kata hening, membayar kontan keriuhan diwaktu hidup
.
Ada seorang yang selalu memberikan air susu kepada ibu bapaknya setiap malam, lalu pada satu malam ia terlambat pulang dan mendapati bapak ibunya tertidur, ia pun menahan keinginan untuk tidak memberikan air susu kecuali kepada ibu bapaknya dahulu walaupun anak-anaknya merengek semalaman, dan Alloh pun meridhoi yang ia perbuat
.
Terkadang ketaatan, Alloh hadirkan dalam teras kehidupan kita head to head dengan semua kenyamanan dan keinginan hati kita, karena sejatinya Ia ingin menaikkan nilai tukarnya dengan surga seluas langit dan bumi .

Wallahu Alam